Friday, January 12, 2018

theater script - creation: ARIFIN C. NOOR PADA SUATU HARI 12-20

theater script - creation: ARIFIN C. NOOR PADA SUATU HARI 12-20

naskah teater - creation: ARIFIN C. NOOR PADA SUATU HARI 12-20
DUA BELAS
Pesuruh          Ya, tuan besar.
Kakek             Siapa yang menyuruh…..
Nenek                         Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh          Ya, nyonya besar.
Kakek             Siapa yang menyuru…..
Nenek                         Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh          Ya, nyonya besar.
Nenek             Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh          Belum sekalipun nyonya.
Nenek                         Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh          Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek                         Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh          Pertama kepada istri saya.
Nenek             Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh          Yang kedua kepada istri saya.
Nenek                         Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh          Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek                         Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh          Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek                         Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh          hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek                         Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh          Pura-pura sakit.
Nenek                         Yang paling berat?
Pesuruh          Soal sembahyang.
Nenek                         Tentang perempuan?
Pesuruh          Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek                         Bagaimana?
Pesuruh          Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat amat pribadi, nyonya dan kurang sopan.
Nenek             Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau akui saja siapa yang menyuruh kau menyiapkan tiga gelas e susu begitu tamu tadi datang?
Pesuruh          Saya sendiri nyonya.
Nenek                         Kenapa justru es susu?
Pesuruh          Saya tidak tahu. Saya asal saja. Nyonya, seperti halnya untuk tamu sebelumnya saya buatkan es sirop dan nyonya diam saja.
S u n y i .
Pesuruh          Ada yang perlu saya kerjakan lagi, nyonya besar?
Nenek                         Pergi !
Joni exit.

TIGA BELAS
S u n y i .
Nenek                         Berkomplot.
Kakek             Tidak baik mengada-ada.
Nenek                         Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek             Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek                         tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek             Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua buah lagu sekaligus. Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis nanti kau batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Nenek                         Biarpun kau dukung saya dari sini ke kamar saya tidak akan diam.
Kakek             Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek                         Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek             Tuhanku,kepala saya Cuma satu dan puyeng. Kalau saja saya punya tiga kepala barangkali saya tahu apa yang harus saya perbuat agar kau diam. Tapi kepala saya Cuma stud an tangis kau memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat hijau. Tuhan-ku.
Nenek                         Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.
Kakek             Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek             Saya bukan bidadari.
Kakek             Katakan malaikat ku.
Nenek                         Saya bukan malaikat!
Kakek              Katakan dewiku………..
Nenek                         Saya bukan dewi.
Kakek             Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek                         Saya istrimu!
Kakek             Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek                         Saya bukan istrimu!
Kakek             Tuhan-ku.
Nenek             Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati terbuat dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau nodai percintaan kita dengan perempuan berhati kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam! Kejam! Tuhan, masukkan dia ke dalam neraka sampai kukunya hangus.
Kakek             (Menangis) Doamu jahat.
Nenek                         Biar
Kakek             Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek                         Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek             Kau kejam dank au sendiri?
Nenek                         Ke sorga.
Kakek             Kau egoistis.
Nenek                         Biar.
Kakek             Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek                         Tidak sudi.
Kakek             Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek                         Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek             …..Saya ingin kita cerai.
Kakek             Cerai?
Nenek                         Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek             Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek                         Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek             Tapi kau harus berfikir…..
Nenek             Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi perasaan seperti halnya soal percintaan. Pokoknya kita harus cerai.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Kakek             Sekarang sudah terlalu siang dan saya kira kantor-kantor………
Nenek             Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi mulai malam ini saya tidak sudi tidur satu kamar bersama kau.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Suara Nita      B u s t a m i
Suara Joni      Ya, nyonya!
Kakek             Kau dengar? Nita sudah datang.
Joni lewat.
Kakek             Sayang diamlah.
Nenek                         Saya tidak mau diam.
Kakek             Nita datang.
Nenek                         Tidak perduli.
Joni lewat membawa banyak bungkusan belanja, begitu muncul Nita begitu Nenek lari ke dalam.


EMPAT BELAS
Kakek             (Mengejar) Sayang.
Nita                 Ada apa lagi, pak?
Kakek             Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita                 Bustam.
Joni                 Ya, Nyonya.
Nita                 Ibu dan bapak bertengkar?
Joni                 Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.

LIMA BELAS
Ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul Sopir Arba membawa beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian muncul Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri.
Arba               Di sini, nyonya?
Novia              Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba               Yang lainnya, nya?
Novia              Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli                 Papa nanti ke sini, Mam?
Novia              Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba               Ya, nyonya?
Novia              Tidak, nanti saja.
Arba               Baik, nyonya (exit)
Feri                  Mana bude Ita, Mam?
Novia              Sebentar, sayang.
Feri                  Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia              Sebentar, sayang, sebentar.
Meli                 Meli juga, Mam.
Novia              Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti Kakek  dan Nenek menangis.
Feri                  Nenek juga suka menangis, Mam?

ENAM BELAS
Muncul Nita dan terkejut.
Nita                 (Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada apa lagi Novia?
Novia              Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita                 Bustam!
Joni                 Ya, nyonya.
Novia              Memet!
Nita                 Ya, nyonya.
Novia              Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa yang mau lihat ikan?
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Novia              Ikutlah sama Mang Memet.
Joni                 Ayo lita nonton ikan.
Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam.

TUJUH BELAS
Nita                 Lagu lama?
Novia              Tapi kali ini saya kira yang terakhir.
Nita                 Dulu kau juga bilang begitu.
Novia              Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya perasaan saya melihat tingkah Vita terhadap pasiennya yang pura-pura sakit itu.
Nita                 Siapa lagi?
Novia              Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita                 Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia              Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.

DELAPAN BELAS
Kakek             Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia              Pak…..
Kakek             Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia              Anak-anak.
Kakek             Mana mereka?
Novia              Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek             (Setelah berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan berlarut-larut.
Novia              Soal apa pak?
Nita                 Ibu Purik. Ibu marah.
Novia              Kenapa?
Kakek             Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia              Bapak tidak mau mengalah?
Kakek             Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia              Buang saja kaktus itu.
Nita                 Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek              Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia              Minta cerai?
Kakek             Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia              Ibu?
Nita                 Ya, seperti kau sekarang.
Kakek             Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita                 Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek             Kau dan ibumu memang satu jiwa. Alasan apa yang mendorong kau meminta kesedihan serupa itu? Kebodohan macam apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan dengan mendapatkan kata itu kau dapat mengecap hidup inilebih nikmat? Novia, kau jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira rumah tangga itu rumah-rumahan dari kotak geretan yang dengan mudah dapat kau bongkar-bongkar dank au susun-susun? Novia, kau sudah waktunya menginsafi bahwa rumah tangga adalah rumah suci yang lain, seperti masjid, gereja dan kelenteng. Dan rumah suci adalah tempat dimana firman-firman Tuhan yang agung dan suci dimulyakan, rumah suci adalah tempat dimana cinta kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah hidup, untuk meraih maka hidup yang samara dalam semesta ini.
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Meli, Feri…. Ini sudah menjadi persolan Negara, persoalan dunia, saya tidak boelh membiarkan rumahmu terbakar hanya disebabkan api mainan yang diminyaki cemburu buta. Saya harus beritahu segera ibumu. (Exit)

SEMBILAN BELAS

Nita                 Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Novia              Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati saya. Coba saja, icih. Si sundal itu hampir setiap hari ia berobat ke rumah.
Nita                 Tiap hari?
Novia              Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita                 Seminggu sekali?
Novia              Katakanlah sebulan sekali tapi sekalipun begitu tingkahnya yang kekanak-kanakan cukup membakar seluruh amarah saya.
Nita                 Bagaimana kau tahu? Apa kau ikut memeriksa penyakitnya?
Novia              Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu perempuan itu mau berobat. Sengaja saya masuk dalam kamar praktek. Pura-pura mencari sesuatu.
Nita                 Kau juga dengan apa yang dipercakapkan Icih dengan suamimu?
Novia              Dengar.
Nita                 Apa?
Novia              Seperti dokter dan pasien.
Nita                 Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia              (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Nita                 Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan menyaksikan Vita memeriksa tubuh perempuan itu.
Novia              Gila.
Nita                 Lalu kau di luar saja.
Novia              Tentu saja.
Nita                 Itulah kesalahanmu.
Novia              Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita                 Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia              Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita                 Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Novia              Ini bukan masalah bersuami atau belum tapi masalah watak. Sekalipun perempuan jalang itu sudah mati saya yakin rohnya masih banal.
Nita                 Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari suamimu. Kalau kau mau jujr sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-praangkamu sendiri saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan perempuan-perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada suamimu?
Novia              Apa kau kira semua perempuan banal seperti sundal itu? Kalau ternyata memang demikian sayapun pasti cemburu sebesar-besarnya terhadap semua perempuan. Tapi saya kira kaupun yakin tidak semua perempuan punya leher selenggang-lenggok leher Icih yang suka membelit leher suami orang lain.


DUA PULUH
Muncul Nenek dan Kakek .
Nenek             (Menubruk Novia sambil menangis) Novia, sayang, kau jangan suka membaca roman-roman picisan. Kau bisa bayangkan sendiri apa jadinya isi kepalamu dengan roman-roman seperti itu. Dengan membaca cerita-cerita cengeng seperti itu kau sama dengan mengisi usus besarmu dengan minuman keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi kalau setiap hari kau minum arak sama dengan memperpendek usiamu sendiri.
Nenek              ………….Novia, ibu yakin kau telah terpengaruh roman-roman sampah itu sehingga hidup bagimu tak ubahnya seperti mainan peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet. Bacalah tentang kesetiaan cinta, dan singkirkan bacaan yang mengajarkan kebencian dan perceraian. Kau kira perceraian itu jalan cuci?
Kakek             Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau berhasil bercerai dengan suamimu?
Nenek             Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu akan menuntun hidupmu kea rah kebahagiaan.
Nita                 Juga jangan lupakan Meli dan Feri.
Kakek             Hanya karena soal cemburu, soal-soal roman picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa tidak kandang ayam saja yang kau bongkar yang sudah jelas sudah tapuh itu?
Nenek             Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip dalam niatmu untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat membayangkan kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti katamu dulu, ketika kau mendesak ibu agar menerima lamaran? (Novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.
Kakek              Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja yang kau punya sekarang.
Nenek             Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih baik orang diam, dan lebih baiklagi kalau kau mau mendengarkan sayan orang lain.
Kakek             Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang marah tetapi tak sepatahpun kata kata yang diucapkan.
Nenek                         Ban ini, kopor-kopor iniapa perlu artinya? Main-main kau sudah keterlaluan.
Novia              Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Nenek             Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Nita                 Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek             Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang dibenihkan setan cemburu.
Kakek              Apa kira surat talak itu cek?
Nenek             Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek              Ayah dan ibumu berumah tangga selama setengah abad, tanpa sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek                         Kami bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek              Apa kau pernah mendengar Hawa minta talak kepada Adam? Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu. Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek             Kami bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek             Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek             Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek             Kau sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia bunuh diri demi cintanya kepada Jayaprana.
Nenek                         Bacalah semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita yang manjur.
Kakek             Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Nita                 Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya dan suami saya tidak pernah diberkahi anak?
Nenek                         Belum. Nita.
Kakek              Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia              Tapi bu.
Nenek                         Tidak, jangan bicara.
Kakek             Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek                         Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek              Ibumu juga tidak suka marah.
Nenek             Sekali-kali tentu saja boleh sekedar olah raga urat muka, tapi kalau terlalu sering bisa membuatpenyakit.
Nita                 Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu? Akan kau biarkan mereka kehausan cinta hanya demi kepuaan amarahmu? Egoistis?
Novia              Saya tidak akan bicara apa-apa, saya hanya akan menjelakan panjang lebar. Duduk perkaranya.
Nenek                         Bicaralah.
Kakek             Apa persoalannya.
Nita                 Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek             Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek             Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia              Vita mau kawin lagi.
Nita                 Apa kau bilang?
Kakek              Dia bilang apa?
Nenek             Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin kalimat itu kau pungut dari salah satu buku picisanmu (berseru) Joni! (tak ada sahutan)
Nita                 Bustam !
Novia              Memet !
Kakek             Joni!
Joni                 Ya, tuan besar.
Nita                 Air dingin, Bustam!
Novia              Cepat, Met!
Joni                 Sebentar, nyonya.
Nita                 Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia              Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek                         Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia              Met !
Kakek             Joni !
Nita                 Bus !
Joni tergesa membawa empat gelas air dingin, mereka berempat sama-sama minum
Nita                 Ganti kalimatmu, Novia.
Kakek              Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek             Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia              Ibu, saya cemburu.
Nenek             Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia              Tapi vita keterlaluan.
Kakek              Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita                 Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Nenek             Novia, rupanya kau beluim menyadari bahwa usapan tangan seorang dokter lembut dan suci seperti lembut usapan orang-orang suci atau bahkan nabi. Dokter-dokter bekerja atas tugas suci. Merekalah yang paling nyata mengamalkan firman-firman Tuhan. Kalau kau mau mengerti para dokterlah yang paling banyak tahu tentang penderitaan manusia sepanjang sejarahnya. Merekalah yang berjuang dengan nyata agar kita bisa mengecap hidup ini bertambah baik.
Kakek             Merekalah menghibur kita, menyembuhkan kita dari segala macam luka yang ditatahkan sang kala.
Nenek             Saya jadi terharu.
Kakek             Kasihan Vita.
Nenek                         Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek             Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek             Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek             Judas kau.
Dengan pucat dan tergesa Joni muncul.
Nita                 Ada apa, Bus?
Nenek             Ada apa, Joni?
Novia              Ada apa, Met?
Joni                 Meli, nya.
Keempatnya  Meli?
Joni                 Feri.
Keempatnya Feri?
Joni                 Meli dan Feri ?
Keempatnya  Meli dan Feri?
Joni                 Ya, nya.
Keempatnya  Kenapa?
Joni                 Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni                 Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni                 Hilang.
Novia              Kau gila.
Nita                 Kau taruh dimana mereka?
Kakek             Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek                         Dunia penuh culik.
Nita                 Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita                 Tidak telpon dulu.
Kakek             Polisi.
Kemudian mereka berimprovisasi, mereka betul-betul cemas, takut dan lain-lain.
Nita                 Meli ! Feri ! Di mana.
Kakek              Cucuku.
Nenek             Cucuku.
Novia              Met !
Joni                 Ya, nya.
Novia              Panggil Arba.
Arba               Saya di sini, nya.
Novia              Kenapa kau diam saja?
Arba               Saya di sini, nya.
Novia              Meli dan Feri hilang.
Arba               Mereka diculik, nya.
Novia              Diculik?
Arba               Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan Feri pulang.
Novia              Gila kamu.
Kakek  dan Nenek dan Nita muncul.
Nenek             Di mana mereka?
Kakek             Sudah ada telpon dari Polisi?
Nita                 Tukang rokok seberang jalan Cuma bilang bahwa seorang laki-laki telah membawa lari Meli dan Feri dalam sebuah mobil.
Nenek dan Kakek  : Apa?
Nenek                         (minum) Telpon polisi lagi.
Telpon berdering.
Kakek             Pasti dari Polisi.
Nenek             Cucuku yang malang…. Oh saya sedang membayangkan mereka menangis karena penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Nita                 (menyerahkan pesawat telpon) untuk mamanya Meli.
Kakek             Dari Polisi?
Nita                 Dari Meli.
Kakek             Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek                         Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita                 Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek                         Dongeng apa ini?
Kakek             Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan permainan kasar seperti ini ini.
Nenek             Kenapa berang begitu? Seharusnya kita bersyukur bahwa ini semua Cuma main-main.
Kakek             Justru lantaran main-main saya jadi berang.
Nenek             Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?
Kakek              Bukan begitu maksud saya, tapi permainan ini bukan untuk orang-orang tua macam kita. Ini permainan pemuda dan bukan untuk orang-orang yang rapuh jantungnya.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.

Kakek              Betapapun akan saya marahi Vita. Akan saya katakana bahwa sebagai dokter dia kurang mempertimbangkan kemungkinan effek psikologis dari permainannya. Apa dia tahu bahwa setiap kali saya harus mengatur peredaran darah saya sedemikian rupa di depan aquarium sambil mendengarkan lagu-lagu yang paling lembut agar kesehatan saya terpelihara? Dengan permainan baru saja, sama dengan dia meledakkan granat di atas batok kepala saya. Apa dia fakir dia mampu mengobati kalau saya sakit keras? Barang kali dia lupa bahwa dia dokter muda. Dokter muda jelas baru tahu tentang ilmu kedokteran seninya. Untuk ia, ia perlu bergaul dengan alam. Banyak tingkah. Coba……
Novia              Pak, Ibu, saya permisi pulang.
Kakek             Tanpa minta maaf?
Pulanglah dan bilanglah pada suamimu besok dia harus menghadap kemari.
Novia              Pulang dulu, bu.
Nenek             Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia              Ya, bu.
Joni                 Polisi, Nyonya.
Nita                 Sebentar, saya ke muka.


TAMAT
theater script - creation: ARIFIN C. NOOR PADA SUATU HARI 12-20
4/ 5
Oleh
Add Comments


EmoticonEmoticon