Friday, December 1, 2017

Naskah Teater - Lakon ANTIGONE Karya Sophokles Episodion 1-2

Naskah Teater - Lakon ANTIGONE Karya Sophokles Episodion 1-2

DRAMATIC PERSONAE

ISMENE
PADUAN SUARA WAKIL RAKYAT THEBES
CREON; Raja Thebes
KAPITAN; Pengawal
HAEMON; Putra Creon
EURIDICE; Istri Creon
TEIRISIAS
PEMBAWA WARTA I
PEMBAWA WARTA II

Naskah Teater - Lakon ANTIGONE Karya Sophokles Episodion 1-2


PROLOGOS

ANTIGONE
Ismene, saudariku! Beginilah warisan Oidipus kepada kita. Dewa telah melimpahkan unggun penderitaan pada kita. Duka demi duka dan terhina semakin terhina – Dan kita ditambah pula dengan peraturan raja yang….Apakah kamu sudah tahu? Atau barangkali kamu belum sadar bahwa ada musuh menyusun rencana

ISMENE
Tak ada warta buruk atau baik sampai ke telingaku, Antigone. Sejak kedua saudara kita wafat, tak ada kudengar apa-apa. Ah, ya, sejak mundurnya tentara Argos semalam, tak ada berita tentang jenazah kedua saudara kita yang telah gugur bersama

ANTIGONE
Itu sudah kuduga. Itulah sebabnya aku tarik kami kemari. Keluar istana, supaya bisa lebih bebas bicara.

ISMENE
Ada sesuatu dalam pikiranmu. Katakanlah!

ANTIGONE
Creon sang raja memutuskan untuk memperlakukan kedua jenazah saudara kita secara berbeda. Jenazah Eteocles, ia makamkan dengan penghormatan yang lengkap, dengan upacara yang gemilang, ia antarkan sukamnya ke neraka. Tetapi untuk jenazah Polyneicies yang malang, ia kenakan larangan untuk menguburnya. Harus dibiarkan terkapar tanpa diratapi, tanpa pemakaman, menjadi mangsa burung-burung padang belantara. Kamu dan aku tak berdaya apa-apa.
Dan kini Creon sendiri tengah bersia-siap keluar istana untuk memimpin sendiri pelaksanaan pengumumannya. Jangan kamu kira ia Cuma setengah-setengah saja – hukuman untuk pelanggaran sudah tentu hukuman mati – dilempari batu sampai mati. nah, camkanlah, Ismene, saudariku. Kamu berdarah bangsawan! kamu harus membuktikan keaslian bulumu nanti, bila ada harga dirimu.

ISMENE
Oh, saudariku yang bergelora, Antigone. Dalam hal ini apa yang mesti aku lakukan?

ANTIGONE
Sekedar renungkanlah – seandainya kamu mau membantuku

ISMENE
Melakukan apa? Apakah rencanamu?

ANTIGONE
Membantuku mengurus jenazah

ISMENE
Kamu akan mengubur jenazah itu? Itu dilarang!

ANTIGONE
Ia saudaraku, juga saudaramu. Niat telah kutetapkan. Kamu uruslah dirimu sendiri!

ISMENE
Tapi Creon telah melarang….

ANTIGONE
larangan Creon tidak pada tempatnya. Ia saudaraku. Aku akan menguburnya!

ISMENE
Ya, dewa! Apakah kamu sudah lupa, betapa ayah ditindas, dihina dan meninggal dunia? Betapa ia bertanya dan mengungkapkan dosanya? Kemudian menusuk kedua matanya sendiri hingga buta?
Dan lalu Jocasta, yang menjadi istri sekaligus ibunya sendiri itu, mati gantung diri!? Selanjutnya, kedua saudara kita, bertengkar, berperang dan saling berbunuhan. Dan kini, kamu dan aku, tinggal sendiri. Betapa sempurnanya kemalangan kita, apabila akhirnya kedua kita binasa karena melanggar undang-undang kepala Negara.
Antigone, ingatlah, bukankah kita ini wanita? Apa daya melawan pria? Di dalam keadaan gawat dan darurat, pria terkuatlah yang mengatasi suasana. Kita mesti patuh pada perintahnya, betapapun keras kedengarannya – maka sementara memohon pengertian kepada yang wafat, menyesal karena harus menahan diri dalam berbuat, aku akan menyesuaikan diriku dengan perintah pihak atasan. Apa guna mempertaruhkan nyawa secara sia-sia?

ANTIGONE
Jangan kamui kira aku memaksamu. Sesungguhnya, aku pun akan menolak bantuanmu andai kamu menawarkannya. Telah kamu atur ranjangmu. pergunakanlah kesejahteraanmu. Aku akan mengubur jenazah saudara kita. Aku siap menghadapi maut bila itu akibatnya. Seandainya ini dianggap kejahatan, maka inilah kejahatan yang diperintahkan para dewa.
Setelah itu baru aku bisa menghadapi saudara kita sebagai teman dan bisa tahan memandang wajahnya. Kenapa aku tak memilih berbankti pada yang mati? Adalah keabadian di dunia sana. Sekarang. terserah. kepadamu bila kamu ingin lupa pada agama.

ISMENE
Tak akan lupa aku pada agama. namun aku tak berdaya menghadapi aturan negara

ANTIGONE
Itulah alasanmu. baiklah, selamat tinggal. Aku akan gali kubur buat saudara yang sangat kita cintai

ISMENE
Antigone, saudariku. Aku khawatir akan keselamatanmu

ANTIGONE
Jangan repot-repot memikirkanku. Selamatkan lehermu sendiri

ISMENE
setidak-tidaknya, berjanjilah untuk bertindak dengan penuh rahasia. Aku pun akan merahasiakannya.


ANTIGONE
Demi para dewa, jangan kau berbuat begitu. Kamu akan dapat celaka bila ketahuan menyimpan rahasia. Jadi, tak perlu kamu kunci mulutmu

ISMENE
Kamu penuh semangat kedengarannya

ANTIGONE
Karena aku akan menolong ia yang sangat butuh pertolongan

ISMENE
Aku berharap kamu berhasil meskipun tak mungkin rasanya

Apakah aku harus rubah niatan lantaran kau bilang tak mungkin?

ISMENE
Apa yang tak mungkin, janganlah dicoba

ANTIGONE
bila itu pendirianmu, aku kecewa terhadapmu, demikian pula almarhum saudara kita. Ah, baiklah kita berpisah baik-baik. Aku akan menempuh jalan kenekatanku. Akan kutanggung semua akibat. Tak ada kematian yang lebih mulia daripada mati membela kebenaran

ISMENE
Baik, pergilah.Aku terpaksa berkata: Kamu setia namun tidak bijaksana


PARADOS

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Akibatnya lewat sudah….

PADUAN SUARA
Hati yang berdarah, barisan argos kalah
Kuda mereka resah, membawa hati yang patah

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Dengan Polyniecies mereka bersekutu, pendekar putra Oidipus itu
Bagaikan rajawali menyerbu, sayap terpentang dan menderu
Darah dicakar napas memburu, menggempur Thebes kotaku!

PADUAN SUARA
Tapi Thebes bagaikan ular, mendesis dan menjalar, membela gerbang yang dibakar

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Zeus, sang dewata diraja, membenci insane yang deksura
Ia yang ingin berkaok jaya ditembok kota, disambar hancur oleh kilatnya

PADUAN SUARA
Hangus dijilat lidah api, terhempas ke bumi

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Kutukan dahsyat dari Zeus sang dewata
bertubi-tubi datangnya, menimpa pada lawan kita

PADUAN SUARA
Tujuh pendekar menyerang tujuh gerbang
Kita usir, kita kejar, kita tombak, kita pedang

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Bertumpuk-tumpuk senjata mereka tinggalkan
beserta budak belian dan kereta, menjadi sajian dewata kita

PADUAN SUARA
Dan, nun digerbang utara, eteocles dan Polyneicies; dua bersaudara
saling bertanding mengarah nyawa dan gugur dua-duanya

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Tapi kini lewatlah sudah….
Kemenangan telah berada di tangan. Sekarang kita menari, menari


EPISODION I

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Wahai Creon yang datang tergesa, Anda adalah penguasa Negara
Di wajah Anda nampak ada maksudnya, sudah jelas Anda ingin bicara

CREON
Rakyatku, Negara kita baru saja melewati prahara. Tetapi dewata telah menuntun kita pada kemenangan. Kenapa aku panggil kamu? Sebab aku tahu bahwa kamu telah bersikap setia pada Latus, raja Thebes yang dulu dan sesudah itu. Ketika Olimpus, putera Laius menolong Negara tapi kemudian kembali mengacaukannya, kamu pun selalu menunjukkan keteguhan menempuh jalan tengah.
Nah, sekarang Laius dan Oidipus telah wafat. maka berdasarkan adapt istiadar, aku telah mewarisi tahta. Penguasa baru bisa dinilai setelah ia mempergunakan kekuasaannya. Aku tidak menghargai raja diberi kuasa tapi ragu-ragu dalam mempergunakannya untuk maksud yang baik. Bukanlah watak saya untuk bersikap jinak dan menghindari persoalan. Aku bukanlah orang yang akan duduk tenang-tenang sementara Negara terlanda kekacauan. Demikian pula, aku bukan jenis orang yang lemah atas lawan Negara. Dewa menjadi saksi bahwa aku senasib dan seperuntungan dengan negaraku.
Lawan Negara harus musnah, pembela Negara harus di bina. Begitulah pedomanku. Dengan pedoman ini, aku akan memimpin Negara kea rah kemakmuran, aman dan sejahtera.
Pedomanku itu pulalah yang telah kupakai dalam menetapkan pendirianku terhadap Eteocles dan Polyneiceis, kedua putra Oidipus yang telah saling berperang dan gugur bersama itu.
Berdasarkan pedoman itu, maka Eteocles yang telah gugur dalam mempertahankan kota dari serangan lawan akan mendapatkan penguburan dengan upacara kebesaran. Sebaliknya terhadap Polyneicies yang telah menyerang Negara dan hendak merebut tahta akan dikenakan hukuman, jenazahnya tidak boleh dimakamkan dan tidak boleh di beri upacara, biarkan saja terkapar di tempat terbuka supaya dicabik-cabik oleh gagak dan serigala.
Inilah pendirianku! Seorang pembangkang tak boleh diperlakukan sama seperti terhadap seorang pahlawan. Adalah pendirianku bahwa orang yang setia pada Negara harus dihargai selagi ia hidup, maupun sesudah ia mati.
 PADUAN SUARA
Kami mengerti maksudmu. Sabdamu menjadi undang-undang, dan kamu mengatur hidup mati rakyatmu.

CREON
Apa menurut pendapat kalian tentang peraturan baru dariku?

PADUAN SUARA
Seandainya kami masih muda, kecaman kami tentunya ada…

CREON
Tak bisa dirubah lagi. Peraturan sudah ditetapkan, perintah sudah diturunkan. mayat sudah dijaga

PADUAN SUARA
Bila dilanggar, apakah hukumannya?

CREON
mati adalah hukumannya. Tegas dan sederhana

PADUAN SUARA
Wah, apsti nanti ditaati. Siapa orangnya yang berani mati!?

CREON
Jangan kamu salah kira. Sifat manusia gampang lupa. Untuk uang, mereka rela menempuh bahaya

MASUK KAPITAN

KAPITAN
Tuanku, aku datang menghadapmu. Aku tak bisa pura-pura capek dan tergesa-gesa. Aku banyak berganti pikiran di jalan. Sekali aku pikir “Kenapa buru-buru? Kamu pasti akan dihukum begitu sampai” Lalu dipotong pikiran lain lagi “Kenapa lamban? Kamu akan dihukum lebih berat bila Creon tahu hal ini dari orang lain”
karena dirintangi kebimbangan, aku berjalan lebih lambat lagi. maka perjalanan pendek menjadi perjalanan panjang.
namun, betapapun aku sampai. Dan sekarang aku akan melaporkan apa saja yang mesti aku laporkan. Biarpun seandainya Anda sudah dengar, akan tetap aku laporkan.
Wah, jadi aku sudah bulat tekad untuk menghadapi akibat-akibat jelek. Kita toh tak bisa mencegah takdir, bukan?

CREON
lantas, apa saja yang menyebabkan kamu jadi putar otak macam ini?

KAPITAN
Lebih dulu aku mau menjelaskan kedudukanku. Bukan aku yang melakukan dan tidak melihat yang melakukan – Jadi, tuanku, sudah terang aku tidak bersalah

CREON
Demi dewa, sampaikan dulu laporanmu! Sesudahnya enyahlah!

KAPITAN
Baik, baik. intinya begini. Seseorang telah menimbun mayat Polyneicies dengan tanah dan melakukan upacara pemakaman untuknya.

CREON
Siapa begitu edan dan bodoh? Siapa dia?

KAPITAN
Tidak tahu. Tak ada bekas sekop di tanah. Tanahnya keras dan kering, namun tak ada tanda jejak di pelaku. Begini, ketika orang yang pertama menjaga melaporkan mengenai kejadian itu, kami kaget setengah mati.

Mayat itu bukan telah dikuburkan, tapi cukup rapat ditumbun tanah sehingga terhindar dari kutukan yang harus diderita di udara terbuka. Juga tidak kelihatan ada jejak anjing yang mungkin mengais-ngais dan menimbunnya dengan tanah.
kami mulai bingung dan saling menyelahkan. hampir saja kami baku hantam karenanya. Setiap orang melihat orang lain bersalah dan membuktikan bahwa dirinya sendiri bebas dari kesalahan.

Untuk membuktikan bahwa ia benar-benar tidak bersalah, ada yang sanggup untuk berjalan di atas bara yang menyala atau menerobos lidah api. Sedang yang lainnya mengangkat sumpah demi dewa-dewa.

Nah, ketika penyidikan kami ternyata sia-sia, ada seorang yang maju dan berkata dengan kepala dingin. Isinya tidak enak tapi tak kami lihat ada salahnya. menurutnya, kami tak boleh merahasiakan peristiwa itu, tapi harus melaporkannya. Siapa yang melapor? Itu diundi. Akulah yang kena. yah, memang tak enak menjadi pembawa berita duka.

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Aku kira inilah tindakan dewa. Kepada mayat itu dewa telah mengulurkan tangannya

CREON
Tutup mulut! Sebelum aku hajar wajahmu. kamu memang sudah tua, tapi tak perlu menjadi dungu! – Betapa kamu bisa berpikir bahwa dewa telah mengulurkan tangannya? Kamu pikir, dewa merasa berkenan karena ia telah datang menyerbu untuk membakar kuil dan arcanya, serta menentang undang-undangnya? Apa pernah dewa-dewa berbaik hati pada penjahat? tidak! Tokoh-tokoh penentang di dalam Negara, yang tidak suka ketertiban dan selalu merongrong kewibawaanku, merekalah yang mendalangi semua ini. Mereka telah menyuap para pengawal. tak ada hadil kebudayaan manusia yang lebih jelek dari uang. uang menghancurkan Negara dan membuat orang jadi miskin. Uang membuat orang bersikap picisan. Orang-orang yang melakukan komplotan ini lantaran uang, mereka harus mendapatkan ganjarannya.

Aku bersumpah demi dewata yang menjadi hakimku, nbahwa apabila kamu dan kawan-kawanmu tidak mengungkapkan nama orang yang menimbun mayat itu, maka satu neraka tak akan cukup untuk kalian. tiap dari kalian akan digantung dan dicambuk sampai mengaku. ini akan mengajarkan kalian agar lebih hati-hati menerima bujukan uang.

KAPITAN
Aku disuruh pergi ataukah aku boleh bicara?

CREON
Aku kira sudah jelas, aku berkata bahwa aku sakit mendengar omonganmu!

KAPITAN
Sakit dimana? Di hati atau di telinga?

CREON
Apa bedanya?

KAPITAN
Sasaranku hanya telinga, tapi yang bersalah merasakannya di hati

CREON
kamu lancang sekali!

KAPITAN
Mungkin Anda benar, tapi aku bukan orang yang bersalah

CREON
Siapa tahu? Dan aku kira uang suaplah penyebabnya

KAPITAN
Salah! Kecurigaan ini tidak pada tempatnya

CREON
Kecurigaan kamu bilang? Lihatlah, segera akan terbukti bahwa kejahatan akan mendapatkan hukumannya

KAPITAN
Selamat! Mudah-mudahan penjahatnya lekas ketemu. Sungguh ngeri datang ke tempat ini. Sudah untung kulitku masih selamat



STASIMON I

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Banyak hal menakjubkan di dunia

PADUAN SUARA
Dan yang paling menakjubkan adalah manusia. Ketika ombak mengamuk di samudera, ia berlayar mengarunginya.

Di musim hujan, musim kemarau, musim salju ia menggarap bumi. Menangkap burung di udara, menjala ikan di samudera dan di rimba di padang belantara, binatang liar dijinakannya

Melawan cuaca buruk, angina dan mentari, ia bikin gubug, rumah dan istana. Ia cipta bahasa untuk bicara, ilmu alam untuk bekerja dan ilmu memerintah untuk hidup bersama

Untuk berbagai penyakit, ia temukan obatnya. Ya, hampir semua penyakit kecuali ajal namanya. tetapi bakat manusia juga mengandung bencana bila salah dijaga, bila salah tempatnya, bila salah waktunya. Undang-undang adalah unsur penjagaan, undang-undang menjaga kehidupan, undang-undang mencegah kekacauan

Maka, sejak dulu kala, rakyat dan penguasa harus memandang undang-undang, harus membela dan menjaganya. Demi menjaga keutuhan dan keadilan. Rakyat atau raja harus ditentang bila membangkang undang-undang

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Lihatlah! Astaga! Si kapitan kembali tiba! Dan lihat siapa yang dibawanya!? Antigone! O, dewa, dahulu bapaknya dan kini dia! kenapa kamu dungu!? Melanggar undang-undang negaramu!?



EPISODION II

KAPITAN
Inilah dia orangnya. inilah penjahatnya. ia yang telah tertangkap basah. Di mana Creon

PADUAN SUARA
Creon di sana! nah, itu dia!

CREON
Begitu aku tiba sudah nampak bencana. Apa maknanya?

KAPITAN
Yah, bila dipikir makian apa yang kudapat tadi, rasanya akan sungkan untuk cepat-cepat balik kemari. Tapi toh aku datang juga. AKu bawa gadis ini. AKu tangkap ia ketika sedang mengurus mayat yang terlarang. AKu yang tangkap dia, bukan orang lain. jadi sekarang aku serahkan untuk diadili. Sesudah itu bila dijinkan aku akan segera pergi

CREON
Beri aku laporan selengkapnya

KAPITAN
Gadis ini mengurus mayat Polyneicies. Begitulah

CREON
Bila kamu bohong, parah akibatnya

KAPITAN
Aku menyaksikan ia mengurus mayat yang menurut perintah Anda tak boleh dijamah. masih kurang jelaskah

CREON
Aku ingin mendengar bagaimana kamu menangkapnya

KAPITAN
Begini! Begitu aku kembali dengan makian Anda masih terngiang di telinga, segera kami bersihkan mayat itu dari debu dan kekembangan. lalu kami biarkan saja barang busuk itu terbuka. Kemudian kami duduk di tanah yang lebih tinggi, menghindar dari bau busuk mayat itu.

Dan setiap orang memaki dan berteriak mendesak pada orang orang yang mendapat giliuran jaga agar mengorek tanah yang menimbunnya. Ia menjaga hingga tengah hari waktu matahari tepat di puncak bukit. Tiba-tiba datang hujan debu, angina puyuh dan dedaunan berjatuhan.

Kami pun merapatkan mata agar terhindar dari alam yang murka. Akhirnya ketika semua telah mereda, kami lihat gadis ini – menangis – seperti induk burung yang menangisi sarangnya yang kosong – ia melongo melihat mayat saudaranya terbongkar dari timbunan. Lalu ia mulai mengeluarkan kutuk dan serapah. kemudian ia timbuni lagi mayat itu dengan debu, bahkan ia perciki juga dengan air suci yang ia bawa dalam sebuah guci.

Ketika kami lihat itu semua, tentu saja segera kami tangkap dia. Nampaknya ia tenang-tenang saja. kami tuduhkan kesalahannya dan ia pun mengaku. Juga diakuinya bahwa ia pulalah yang melakukan pelanggaran terdahulu.

Jadi aku sekarang setengah senang setengah susah. Senang karena sudah terbukti tak bersalah, susah karena orang lain dapat susah – yah, yang jelas kini aku selamat!

CREON
Kamu! yang matamu tunduk ke bumi. Apakah kamu mengaku salah di depan kami?

ANTIGONE
Tak akan kuingkari. Semua aku yang lakukan!

CREON
Kapitan, kamu boleh pergi. Di dalam hati bagus kamu bersyukur diri. Antigone, katakana cepat. Kamu sudah tahu semua perintah dan laranganku?

ANTIGONE
Tentu saja. Semua jelas makna dan bunyinya

CREON
Jadi kamu lakukan semua itu sendiri?

ANTIGONE
Nanti dulu. Ini undang-undang siapa? Manusia atau dewata? Bukankah upacara pemakaman adalah upacara agama dan dengan begitu masuk wilayah undang-undang dewata? Aku tidak menganggap bahwa undang-undang raja lebih tinggi dari undang-undang dewata.
Betapapun juga, Anda adalah manusia. Dan manusia itu fana. Peraturan surga tidaklah fana, melainkan baka. Aku harus hadapi di hari mati nanti. Tanpa dijatuhi hukuman mati aku toh akan mati juga. jadi apa bedanya mati lebih pagi?
Bahagialah bagi orang yang hidupnya tak takut mati. hidup yang kosong menyerah tanpa daya, lebih berat kuderita. Aku tak bisa diam saja melihat mayat saudaraku tak diberi upacara sebagaimana layaknya. (Kepada Pemimpin Paduan Suara) Mungkin aku, kamu sebut dungu, tapi bagiku, kamu lemah dan tak punya pendirian

PADUAN SUARA
Wah, bagai karang ia. Seperti bapaknya! teguh tak gampang tergoda!

CREON
Aku kenal sungguh watak yang kukuh. Sekali kubentur akan rapuh. Biarpun baja, ada juga kelemahannya. Kuda yang galak bisa jinak dengan rumput sekotak. itulah yang dia butuhkan; kendali! gadis ini mengerti ia bersalah, namun merasa bangga dan megah. bila hal ini aku diamkans aja, maka sebut ia lelaki dan aku wanita.
Aku tak peduli kalau ia kemenakanku. Aku tak peduli kalau ia paling dekat di hatiku. ia dan Ismene tak akan bebas dari hukuman. Ya, aku tahu Ismene juga ikut terlibat dalam hal ini. Tangkap dia! AKu lihat ia diberanda istana bicara seorang diri, seperti setengah gila. Ya, itulah siksaan batin, akibat menyembunyikan dosa

ANTIGONE
Apakah kematianku belum cukup? Apalagi yang masih ingin Anda inginkan?

CREON
Memang itu sudah cukup bagiku

ANTIGONE
Apalagi yang Anda tunggu. Pendirian kita saling bertentangan. tak ada harapan untuk diakurkan. Bagiku tak ada alas an untuk mati yang lebih bagus dari ini. Mati membela upacara agama untuk seorang saudara! Orang-orang ini juga berada di pihak saya. tetapi mereka takut untuk bicara.

CREON
Keliru! Tak ada orang yang setuju denganmu!

ANTIGONE
Mereka setuju denganku. Mereka terpaksa takut kepadamu

CREON
Mereka patuh. Hanya kamu yang kukuh! kamu dungu dan tak punya malu!

ANTIGONE
malu? kenapa malu? Malu karena membela jenazah saudaraku?
CREON
Eteocles juga saudaramu!

ANTIGONE
Tentu saja

CREON
Jadi, kenapa kamu tidak setia padanya?

ANTIGONE
Bila ia masih ada, maksudku pun akan didukungnya

CREON
Ia akan setuju pada sikapmu atas Polyneicies?

ANTIGONE
Ia saudaranya, bukan budaknya!

CREON
Ia menyerbu kotanya sendiri! tapi eteocles mempertahankannya

Itu tidak mempengaruhi upacara pemakaman menurut agama

CREON
Kawan dan lawan toh tidak sama!

ANTIGONE
Setelah mati, menurut adapt upcara tidak ada bedanya

CREON
Musuh kita taoh tak bisa menjadi kawan setelah mati

ANTIGONE
kalau aku dihadapkan pada pengelompokkan, maka akan kupilih persatuan dan keakuran. bukan perpecahan dan kebencian

CREON
Baiklah. Aku dikubur. Pendirianku tak akan luntur. Oleh wanita tak akan mungkin aku digusur

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Oh, lihatlah! Ismene!

PADUAN SUARA
Ismene. Ismene. Di situ kamu menangis tersedu. Kamu tangisi saudarimu. Wahai bencana, awan dukacita menutup kemolekannya

CREON
Nah, kini kamu! Tenang-tenang menghanyutkan, diam-diam berbahaya. Sukar dibayangkan kalau selama ini aku piara dua ular di dalam rumahku, siap memagut tangan yang menyuapinya.
Sekarang bagaimana, kamu mau mengaku kalau kamu selama ini terlibat dalam pelanggaran perintahku?

ISMENE
Aku kerjakan apa yang ia kerjakan. Aku terlibat dan rela mendapat hukuman

ANTIGONE
Tidak benar! Kamu tidak mau membantuku dan aku menolak campur tanganmu

ISMENE
Kamu mendapat susah. AKu ingin menemanimu dalam penderitaan

ANTIGONE
Yang wafat tahu siapa yang berbuat. Kamu tidak berbuat, jadi tidak perlu terlibat

ISMENE
Sebagai seorang saudari, kenapa kamu sampai hati menolak aku untuk membelamu, mengikuti mati?

ANTIGONE
Jangan kamu asal ikut-ikutan. Jangan pula mengaku apa yang tidak kamu lakukan. Aku pergi mati. Satu kematian telah cukup memadai

ISMENE
Apa gunanya hidup sendiri, tanpa kamu

ANTIGONE
Masih ada tambatan kasihmu; Creon! Betapapun ia pamanmu

ISMENE
Kamu berusaha menyakiti hatiku. Kenapa?

ANTIGONE
Memang aku mengejek kamu, tapi sungguh mendalam perasaanku

ISMENE
Aku hanya ingin tahu, betapa aku ingin membantumu

ANTIGONE
Kalau begitu, selamatkan dirimu. Itu sudah cukup

ISMENE
Itu tidak kuharapkan. Kematianmu ingin pula aku rasakan

ANTIGONE
Ingat ucapan kita dulu. kamu pilih hidup, dan aku memilih mati

ISMENE
Waktu itu aku tidak mengungkapkan isi hatiku yang terdalam

ANTIGONE
Namun waktu itu suaramu penuh kesadaran

ISMENE
Betapapun, hukuman ini harus kita tanggung bersama

ANTIGONE
Jangan repot-repot. Kamu tidak akan mati. Tetapi aku sudah menyerahkan hidupku untuk kematian

CREON
Kedua gadis ini! yang satu sudah lama gila, yang satunya mau ikut-ikutan pula

ISMENE
Betapapun warasnya orang di dalam penderitaan, ada juga akibatnya di dalam pikiran

CREON
Itulah yang terlihat pada kamu! Kamu ikut-ikutan penjahat dan ikut mengaku pula kesalahannya

ISMENE
Tak bisa aku hidup tanpa dia

CREON
Lupakan dia! Mati justru akan membersihkannya

ISMENE
Jadi Anda akan menghukum mati tunangan putera Anda?

CREON
Ada banyak wanita lain di dunia

ISMENE
Tetapi mereka sudah sejiwa

CREON
Tak akan kuijinkan puteraku beristri wanita urakan!

ANTIGONE
Haemon yang malang. Begitulah rupanya sifat ayahmu

CREON
Ucapkanlah itu nanti di neraka

ISMENE
Anda benar-benar berniat memisahkan mereka berdua?

CREON
Bukan aku yang memisahkan, tapi maut yang melakukan

ISMENE
Tak ada jalan lain lagi? Sudahkah pasti ia mati?

CREON
Sudah jelas pasti. Cukup sampai di sini. Pengawal, singkirkan dia! Sangat penting menguasai kendali wanita. Bagi yang lain, itulah pelajaran. Betapapu beraninya seseorang di depan maut, ia pasti tergoncang


STASIMON II

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Bahagialah orang yang bebas dari kutukan

PADUAN SUARA
Bahagialah orang yang bebas dari kutukan. Bila nasib sudah dibilang, apa yang bisa diselamatkan!?

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Kekuatan apa yang bisa menahan kutukanmu, ya dewa? Melawan alam pasti ada imbalannya, ibarat timbangan begitu laiknya. Di tekan di kiri, kanan terasa akibatnya. Maha kuasa tak pernah tidur, selalu jaga, tak pernah tua, lebih luas dari angkasa, lebih tua dan lebih muda dari masa

PADUAN SUARA
Hukum alam lebih kuat dari segalanya, melawan alam pasti ada imbalannya. Berat timbangan begitu laiknya. Ditekan di kiri, di kanan terasa akibatnya

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Jangan menipu diri dengan harapan palsu, harapan palsu melemahkan pikiranmu

PADUAN SUARA
Sekali kamu kena kutukan dewa, akal sehatmu gampang tergoda. Kamu merasa jaya di dekat bencana, kamu jadi budak perasaanmu

PEMIMPIN PADUAN SUARA
Haemon! Itulah dia Haemon!

PADUAN SUARA
Lihatlah Creon, puteramu. Haemon! Gelisah bagai lebah, membara meski tak menyala
Naskah Teater - Lakon ANTIGONE Karya Sophokles Episodion 1-2
4/ 5
Oleh
Add Comments


EmoticonEmoticon